Fenomena Tiktok Detektif yang Sukses dan Kontroversinya

Yazid, 1 Agustus 2025

Fenomena Tiktok Detektif yang Sukses dan KontroversinyaTeknologi
Banner Ads

GAMEFINITY, Jakarta – Dunia investigasi kini merambah ke ranah digital, melahirkan fenomena TikTok Detektif. Para influencer penyelidik swasta ini berhasil membangun audiens besar dengan membagikan hasil pengintaian perselingkuhan hingga pemeriksaan latar belakang kencan klien mereka. Konten yang dijuluki “tea” (gosip panas) ini sangat populer, namun di balik itu, muncul sisi gelap dari pengawasan berbasis moralitas ini.

Ketika Detektif Swasta Bertemu Media Sosial

Di tengah hiruk pikuk Los Angeles, seorang detektif swasta bernama Stephanie A., yang dikenal sebagai “Your Fav Investigator” di dunia maya, menunjukkan bagaimana TikTok Detektif beroperasi. Ia merekam interaksi seorang pria yang diduga berselingkuh dengan wanita lain, mulai dari pertemuan larut malam hingga kemesraan di pasar petani keesokan paginya. Video-video pengintaian perselingkuhan ini, dengan judul menarik seperti ‘Trust your gut … CASED CLOSED!’ atau ‘Pickleball or cheating?’, telah menjadi “roti dan mentega” bagi Stephanie.

Dengan latar belakang penegakan hukum dan pencegahan kerugian, Stephanie menjadi pelopor gelombang baru penyelidik swasta yang sangat aktif di dunia maya, khususnya menargetkan kasus perselingkuhan. Mereka membagikan detail kehidupan seorang PI kepada jutaan pengikut di TikTok dan Instagram. Bagi para penggemar true crime, konten ini adalah hidangan yang tak bisa dilewatkan. Seperti yang dikatakan Stephanie, “Ini seperti ikut serta dalam drama orang lain.”

Daya Tarik TikTok Detektif

Dulu, pengungkapan perselingkuhan mungkin hanya bisa dilihat di acara reality show seperti Cheaters. Kini, puluhan PI media sosial menonjol dengan fokus pada berbagai kasus, mulai dari penipuan asuransi, orang hilang, hingga perampokan besar. Namun, video paling viral tetaplah yang berpusat pada perselingkuhan, di mana para PI populer melakukan pengawasan dan bahkan pemeriksaan latar belakang terhadap individu yang dicurigai klien mereka.

Stephanie, yang telah menjadi penyelidik swasta selama 12 tahun, mengaku terkejut melihat betapa beraninya sebagian orang dalam berbohong dan berselingkuh secara terbuka di depan umum. Fenomena ini juga muncul di tengah meningkatnya online shaming seputar perselingkuhan, seperti kasus CEO Astronomer Andy Byron yang viral setelah tertangkap basah di Jumbotron konser Coldplay.

Baca juga: 

Etika dan Risiko Tiktok Detektif

TikTok Detektif

Meskipun banyak yang menganggap pengungkapan ini sebagai bentuk keadilan publik, tak sedikit pula yang khawatir akan dampak nyata pada kehidupan individu. Penggunaan alat pengawasan intensif terhadap orang asing, terutama yang bukan figur publik, menimbulkan pertanyaan etis yang serius.

Jamie Cohen, seorang profesor studi media di Queens College, CUNY, menjelaskan bahwa daya tarik konten ini terletak pada “kementahan” yang tidak skrip. “Tidak ada produser eksekutif atau editor; itu terjadi secara real time.”

Namun, di balik kegembiraan online, ada risiko besar. Beberapa PI dikhawatirkan membagikan terlalu banyak informasi, yang bisa membahayakan subjek investigasi. Pengguna internet yang haus “keadilan” dapat melampaui batas, bahkan menggunakan alat pengenalan wajah untuk mengidentifikasi orang secara acak, seperti yang terjadi pada kasus Andy Byron. Ini menciptakan “neraka pengawasan pribadi dan media sosial” di mana konsekuensi publik bisa sangat merusak, bahkan menyebabkan depresi.

Kekuatan dan Empati di Balik Lensa TikTok Detektif

Meski begitu, industri influencer investigasi ini terus berkembang pesat. Para PI seperti Stephanie dan Lisa Allen-Stell (Pink Lady Investigations) mampu meraih pendapatan yang nyaman dari pekerjaan mereka. Keduanya menekankan pentingnya pelatihan yang relevan dan kerahasiaan klien. Mereka juga beradaptasi dengan format populer TikTok, seperti berbagi rutinitas skincare di mobil saat mengintai atau membahas botol minum favorit mereka.

Stephanie, yang bercita-cita membangun tim pengawasan serba perempuan, menemukan bahwa sebagian besar kliennya adalah wanita. Ia percaya wanita memiliki kecermatan detail dan empati yang lebih baik, terutama dalam kasus-kasus pribadi. Cassie Crofts dari Venus Investigations di Australia juga fokus pada keamanan wanita, menawarkan pemeriksaan latar belakang untuk calon kencan atau teman serumah, dengan gaya yang “sebagian detektif, sebagian sahabat.”

Ironisnya, dorongan untuk “menghukum” pelaku melalui shaming publik dapat berujung pada victim blaming dan ekstremisme moral. Para TikTok Detektif yang bertanggung jawab selalu berhati-hati dalam menyamarkan wajah dan lokasi untuk melindungi privasi. Meskipun audiens haus akan akhir cerita, perlindungan klien adalah yang utama. Bagaimanapun, internet bukanlah ruang sidang, dan pengguna acak bukanlah penyelidik.

Share Artikel:
Banner Ads

Post Terkait: