Review Extraordinary Attorney Woo dari Perspektif Empati Sosial dan Gender
Yazid, 26 Mei 2025

GAMEFINITY, Jakarta – Drama Korea Extraordinary Attorney Woo telah memikat jutaan penonton di seluruh dunia, tidak hanya dengan kasus-kasus hukumnya yang cerdas dan karakter utamanya yang menggemaskan, Woo Young-woo. Lebih dari sekadar hiburan, serial ini berhasil menyajikan diskusi mendalam tentang empati sosial dan isu-isu gender yang relevan, menjadikannya tontonan wajib yang menggugah pikiran.
Extraordinary Attorney Woo Gambaran Humanis dan Inklusi
Inti dari Extraordinary Attorney Woo adalah perjalanan Woo Young-woo (diperankan brilian oleh Park Eun-bin), seorang pengacara autistik dengan sindrom Asperger. Ia adalah individu dengan kecerdasan luar biasa dan memori fotografis, namun menghadapi tantangan dalam interaksi sosial dan pemahaman emosi. Drama ini dengan apik menunjukkan:
Humanisasi Autisme
Young-woo tidak digambarkan sebagai kasus medis, melainkan sebagai manusia utuh dengan impian, perjuangan, dan keinginan untuk diterima. Ini merupakan bentuk perlawan stigma dan stereotip yang sering terjadi.
Pentingnya Inklusi
Interaksi Young-woo dengan rekan-rekannya di firma hukum Hanbada, terutama Lee Jun-ho dan Jung Myung-seok, menyoroti bagaimana lingkungan yang suportif dan adaptif dapat memungkinkan individu neurodivergent (istilah non-medis yang merujuk pada keberagaman cara kerja otak manusia) untuk berkembang.
Baca juga:
Menggugah Refleksi Diri
Penonton diajak untuk merenungkan prasangka dan bias yang mungkin mereka miliki terhadap orang-orang yang berbeda. Kasus-kasus hukum yang dihadapi Young-woo seringkali mengangkat isu diskriminasi, tidak hanya terhadap individu autistik, tetapi juga kelompok marginal lainnya, memperluas isu yang disajikan dalam drama tersebut.
Isu Gender dalam Drama Korea Attorney Woo
Selain empati sosial, Extraordinary Attorney Woo juga secara cerdas menyentuh berbagai isu gender, terutama dalam konteks profesi hukum yang seringkali didominasi laki-laki:
Tantangan Perempuan dalam Profesi Hukum
Kehadiran Young-woo sebagai seorang pengacara perempuan autistik secara ganda menantang norma gender. Ia harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan validasi dan membuktikan kemampuannya, seringkali menghadapi skeptisisme yang mungkin tidak akan ia alami jika ia adalah seorang laki-laki.
Karakter Choi Su-yeon, rekan Young-woo, juga merepresentasikan perjuangan perempuan muda yang ambisius di dunia korporat yang kompetitif. Ia harus menghadapi mansplaining dan terkadang diremehkan oleh rekan kerja laki-laki seperti Kwon Min-woo.
Baca juga:
Solidaritas Perempuan (Sisterhood)
Salah satu aspek paling mengharukan dari drama ini adalah perkembangan persahabatan antara Young-woo dan Su-yeon. Awalnya ada persaingan, namun kemudian tumbuh menjadi ikatan yang kuat. Su-yeon menjadi “sinar matahari musim semi” bagi Young-woo, selalu mendukung, melindungi, dan membantu Young-woo menavigasi kompleksitas sosial.
Hubungan ini menunjukkan kekuatan solidaritas perempuan dalam menghadapi tantangan dan menantang narasi umum bahwa perempuan selalu bersaing.
Peran Laki-laki dalam Mendukung Kesetaraan
Karakter laki-laki seperti Lee Jun-ho dan Jung Myung-seok digambarkan sebagai sosok yang suportif dan tidak patriarkis. Mereka memperlakukan Young-woo (dan Su-yeon) sebagai profesional yang setara, tanpa meremehkan kemampuan mereka karena gender. Ini memberikan contoh positif bagaimana laki-laki dapat menjadi sekutu yang kuat dalam mempromosikan inklusi dan kesetaraan gender.
Extraordinary Attorney Woo Sebuah Tontonan yang Mencerahkan
Extraordinary Attorney Woo adalah contoh cemerlang bagaimana sebuah drama dapat menghibur sekaligus mendidik. Dengan memadukan narasi yang menarik tentang hukum, romansa, dan pertumbuhan karakter, serial ini berhasil mendorong penonton untuk berpikir lebih dalam tentang empati sosial terhadap individu dengan disabilitas dan kompleksitas isu gender dalam masyarakat kontemporer.
Drama ini adalah pengingat penting bahwa pemahaman, penerimaan, dan dukungan adalah kunci untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan inklusif bagi semua orang, terlepas dari neurotipe atau gender mereka.
Post Terkait: