Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar Dipajang di Stasiun Korsel!
Gloriyana Firdaus, 17 Maret 2025

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Puisi “Aku” karya sastrawan modern Indonesia, Chairil Anwar, dipajang di stasiun kereta bawah tanah di Kota Seoul, Korea Selatan. Selain puisi ini, terdapat 26 puisi dari berbagai negara yang turut dipajang di berbagai stasiun bawah tanah Kota Seoul, seperti Stasiun Gangnam, Oksu, dan Hangangjin.
Pemasangan puisi dari berbagai negara ini merupakan bagian dari Program Puisi Multinasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Seoul bekerja sama dengan kedutaan besar dari berbagai negara.
Lokasi Penempatan Puisi “Aku”
Puisi “Aku” karya Chairil Anwar dapat ditemukan di dua stasiun Kota Seoul, yaitu Stasiun Yeouido dan Stasiun Gangnam. Di Stasiun Yeouido, puisi ini dipajang di Jalur 4, peron 8-2 dan 8-3. Sementara itu, di Stasiun Gangnam, puisi ini dapat ditemukan di Jalur 2, peron 3-3 dan 3-4. Sebagai bagian dari upaya promosi bahasa dan sastra, puisi ini ditampilkan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Korea.
Alasan Pemilihan

Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) Republik Indonesia di Seoul, Zelda Wulan Kartika, melalui program Arirang TV “We Are Diplomats” menjelaskan alasan pemilihan puisi “Aku” karya Chairil Anwar. Menurutnya, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul memilih puisi ini karena pesan semangat yang terkandung di dalamnya.
Zelda mengutip bait terakhir puisi, “Aku mau hidup seribu tahun lagi,” yang dianggap merepresentasikan semangat hidup yang membara. Ia menilai bahwa pesan universal tentang determinasi dalam puisi ini tetap relevan dan dapat diterima oleh masyarakat Korea.
Selain membahas Chairil Anwar, Zelda juga memperkenalkan sastrawan Indonesia lainnya, seperti Leila Chudori, yang karyanya memiliki dampak besar dalam dunia politik dan perjuangan keadilan, serta Sapardi Djoko Damono, yang puisinya merefleksikan cinta, alam, dan hubungan antarmanusia. Ia juga menyinggung beberapa penulis asal Korea yang populer di Indonesia, seperti Han Kang dan Baek Se Hee.
BACA JUGA
Sekilas tentang Puisi “Aku”
Puisi “Aku” karya Chairil Anwar menggambarkan perjuangan hingga titik darah penghabisan dengan sudut pandang tokoh “aku” yang merepresentasikan Chairil Anwar sendiri. Puisi ini ditulis pada tahun 1943, di masa penjajahan Jepang. Pada saat itu, “Aku” bukan sekadar sebuah tulisan, tetapi juga seruan lantang untuk mengajak para pemuda Indonesia berjuang demi kemerdekaan.
Berkat karya-karyanya yang luar biasa, Chairil Anwar pun dikenal sebagai Bapak Puisi Modern Indonesia. Berikut ini adalah isi puisi “Aku”:
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Dengan dipajangnya puisi Indonesia di stasiun Kota Seoul, diharapkan karya sastra Indonesia semakin dikenal secara global. Hingga saat ini, puisi “Aku” karya Chairil Anwar masih dapat dilihat di beberapa stasiun kereta bawah tanah Kota Seoul.
Post Terkait: