GAMEFINITY.ID, Jakarta – Kdrama tampaknya sering memasukkan isu sosial yang tengah terjadi di masyarakat ke dalam dramanya. A Virtuous Business, drakor yang sedang dalam masa tayang, adalah salah satunya. Drama ni, mengangkat sebuah permasalahan yang sering dialami oleh perempuan, yaitu patriarki. Keadaan saat perempuan tidak memiliki kekuatan dan hak yang sama dengan kaum laki-laki.
Drama A Virtuous Business ini, menceritakan empat perempuan yang berjualan pakaian dalam perempuan di sebuah kota kecil Korea Selatan pada tahun 1992. Di tahun yang masih sangat konservatif di Korea Selatan, tentu tak mudah bagi mereka untuk berjualan produk dewasa tersebut.
Ada banyak tantangan serta cemooh dari masyarakat sekitar. Hingga, secara tak langsung, drama ini menampilkan beberapa bentuk patriarki yang terjadi di Korea Selatan. Berikut ini, ulasan lengkapnya!
Pelecehan Verbal Dianggap Biasa
Banyak orang yang masih menggap bahwa sesuatu bisa disebut sebagai pelecehan jika hal tersebut terjadi secara fisik. Namun, nyatanya sebuah ujaran atau kata-kata dari seseorang pun juga bisa disebut pelecehan.
Itulah yang terjadi di A Virtuous Business, Han Jeong Suk, salah satu karakter di drama ini, sering mendapatkan pelecehan dalam bentuk verbal. Ia adalah perempuan yang cantik, sehingga banyak perempuan yang menjadikan dirinya sebagai fantasi.
Mereka tidak peduli,dengan rasa risih yang dihadapi oleh Jeong Suk. Bahkan, saat ia mencoba untuk melawan ujaran yang bersifat pelecehan tersebut, orang-orang malah menyerang dirinya. suaminya, sampai dipecat dari pekerjaan, karena membela Jeong Suk.
Baca juga:
Perempuan Hanyalah Objek
Dalam dunia patriarki, perempuan hanyalah objek, bukaan orang yang bebas dalam berekspresi. Di drama ini, para perempuan tidak bebas untuk berekspresi, dengan menggunakan pakaian apapun yang mereka inginkan, bahkan di rumah mereka sendiri.
Hal ini, terlihat saat empat sekawan, berjualan pakaian dalam, para suami dari para perempuan di sana menganggap hal tersebut tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Padahal, pakaian tersebut hanya digunakan saat di rumah. Namun, perempuan tetap tak memiliki kuasa atas apa yang ingin mereka gunakan untuk diri mereka sendiri.
Di sisi lain, para lelaki malah senang menjadikan perempuan selain istri meek sebagai objek fantasi. Mereka juga bebas untuk melakukan apa saja, tanpa ada yang meningkatan perihal norma masyarakat yang berlaku. Para lelaki ini pun, juga melihat perempuan sebelah mata, seperti yang terjadi terhadap Lee Juri, janda cantik yang pada akhirnya menjadi kebencian para istri.
Baca juga:
Tidak Bebas Menentukan Pilihan Hidup
Salah satu bentuk patriarki yang paling sering terjadi adalah, saat perempuan tak bebas menentukan pilihan hidup mereka. Hal ini diangkat oleh drama A Virtuous Business, melalui kehidupan salah satu karakternya, Geu Hui. Diceritakan bahwa Geum Hee adalah perempuan kaya yang berpendidikan tinggi.
Namun, setelah menikah dengan suaminya, yang merupkan seronga apoteker kaya ia hanya fokus mengurus rumah saja.Sebenarnya, tak ada yang salah dengan sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga. Dengan catatan hal tersebut memang merupakan keinginan perempuan tersebut, tanpa paksaan siapapun.
Lain halnya, dengan kasus Geum Hui, ia merupakan perempuan yang jiwanya ingin bebas, persis saat ia sebelum menikah. Sekolah dan bergaul bersama dengan banyak teman. Namun, saat sudah menikah, ia hanya boleh mengurus rumah saja. Hal ini terbukti, membuat ia merasa kesepian, dan serti terkurung. Tampak sekali ia tak bisa memilih atau menentukan hidupnya sendiri.
Bentupariaki dalam drama A Virtuous Business yang mengambil latar tahun 90-an ini, ternyata masih terjadi hingga saat ini. Di masa yang modern ini, masih banyak ditemui para perempuan yang menjadi korban patriarki di sekitarnya. Drama ini, bisa menjadi tamparan keras, terkait hak perempuan yang terus diperjuangkan, sejak dulu. Jika kamu, tertarik dengan artikel sejenis ini, silahkan kunjungi GAMEFINITY.ID
Post Terkait: